Jumat, 15 Mei 2015

Dasar Pertimbangan dalam Memilih Media Pembelajran





PENDAHULUAN

Pemilihan media pengajaran agama yang digunakan sesuai atau cocok dengan  karakteristik materi yang disajikan dan dapat menarik perhatian siswa. Materi yang  disajikan dan  dapat menarik perhatian siswa. Disamping itu yang lebih penting lagi apakah media yang akan digunakan tersebut sesuai dan tidak bertentangan dengan syari’at agama atau tidak melanggar etika agama. Bilamana hal tersebut dapat terpenuhi maka tugas selanjutnya adalah meneliti lebih cermat apakah media yang akan digunakan tersebut dapat terjangkau oleh biyaya dan dana yang ada dan apakah tidak alternative media lain  yang sekiranya lebih mudah diapat dilingkungan sekolah.
Pertimbangan selanjutnya, apakah media tersebut telah dipertimbangkan betul-betul akan keefektifan dan keefesienannya. Juga apakah bentuk media yang akan digunakan berupa media jadi atau perlu dirancang, bila bentuk media tersebut perlu dirancang matang, baik dalam pengembangannya maupun dalam manfaatnya.
Arif S. Sukandi (1986 :83), mengemukakan bahwa media pengajaran ditinjau dari segi kesiapan pangadaanya dapat dikelompokan kepada 2 jenis yaitu, 1) media jadi 2) media rancangan. Disebut media jadi karena sudah merupakan komoditi perdagangan dan terdapat di pasar dan dijual secara bebas dan keadaan siap pakai . sedangkan media rancangan karena perku didesain dan dipersiapkan secara khusus untuk maksud atau tujuan pembelajaran tertentu.
B.     Rumusan Masalah
a.       Bagaimana dasar pemikiran dalam pemilihan media pembelajaran ?
b.      Bagaimana memilih dalam media pembelajaran ?
C.    Tujuan
a.       Mengetahui dasar pemikiran dalam pemilihan media pembelajaran
b.      Mengetahui memilih dalam media pembelajaran.

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Dasar Pertimbangan dalam Memilih Media Pembelajran
Kelemahan-kelemahan yang Nampak menggejala dalam pemakain media merupakan bagian yang diperhitungkan dalam proses belajar mengajar bukan didasarkan pada pemikiran logis dan ilmiah, melainkan sekedar memenuhi perkembangan dilingkungan sekolah. Seorang pengajar membiasakan untuk memakai media pengajaran yang telah disediakan oleh suatu sekolah untuk membantu dalam mepermudah penyampain pesan pembelajaran, sehingga pemakain media tersebut tidak didasrkan pertimbangan pada kebtuhan dan karakteristik siswa atau kesesuain dengan materi yang akan disajikan dan tujuan yang akan dicapai. Sebagai contoh seorang pengajaran yeng terbiasa memakai overhead projector (OHP) karena mungkin dilingkungan sekolahnya telah tersedia media tersebut, sehingga ia cenderung untuk mengguanakannya dengan pertimbangan yang sederhana bahawa media tersebut sangat membantu guru atau dosen yang bersangkuatn dalam menyampaikan pesan pembelajaran yang mungkin tanpa media OHP tersebut akan memeras tenaga guru/dosen tersebut.
Dengan mengguanakan media tersebut seolah-olah pengajaran yang diberikan dapat mempunyai nilai lebih disbanding hanya berceramah melulu. Pertimbangan semacam ini mungkin ada benarnya, namun tidak didasari pertimbangan pada criteria-. kriteria pemilihan media yang logis dan benar. Kemungkinan-kemungkinan penggunaan pembelajran semacam ini besar resiko kesalahannya atau mungkin tidak mencapai sasaran yang diharapkan.
Ada beberapa factor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan penggunaan media dalam pembelajran, seperti halnya yang berkenaan dengan ; tujuan intruksional yang ingin dicapai,karakteristik siswa atau sasaran, atau visual saja atau kedua-duany, keadaan latar atau lingkungan, kondisi setempat dan luasnya jangkauan  yang ingin dilayani. Factor-faktor tersebut harus di pertimbangkan dalam aturan-aturan dan criteria keputusan pemilihan media.

a.       Alasan Teoritis
Alasan pokok pemilihan media dalam pembelajaran, karena didasari atas konsep pembelajaran sebagai sebuah system yang didalamnya terdapat suatu totalitas yang terdiri atas sejumlah komponen yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan. Jika kita lihat dari prosedur pengembangan desain instruksional maka diawali dengan perumusan tujuan instruksional khusus sebagai pengembangan dari tujuan umum, kemudian dilanjutkan dengan menentukan materi pembelajaran yang menunjang ketercapaian tujuan pembelajaran serta menentukan strategi pembelajaran yang tepat. Upaya untuk mewujudkan tujuan pembelajaran ditunjang oleh media yang sesuai dengan materi, strategi yang digunakan , dan karakteristik siswa. Untuk mengetahui hasil belajar, maka selanjutnya guru menetukan evaluasi yang tepat, sesuai tujuan dan materi.
Penyebab rendahnya hasil belajar dapat meninjau ketepatan seluruh komponen diantaranya: mungkin keberhasilan ini disebabkan karena rumusan tujuan tidak sesuai dengan row input dan kemampuan awal siswa “entery behavior level” siswa, bisa jadi tujuan yang ditetapkan tidak sesuai dengan tingkat kemampuan siswa dalam kata lain terlalu tinggi. Penyebab yang lain bisa dari materi kurang sesuai dengan tujuan, terlalu kompleks, terlalu sulit sehingga  tidak dikuasai sepenuhnya oleh siswa. Strategi bias jadi tidak tepat, membuat siswa tidak aktif, menjenuhkan, membosankan, tidak merangsang siswa untuk aktif sehingga berpengaruh terhadap hasil belajarnya. Jika media dan strategi sudah tepat, maka perlu diuji evaluasi yang digunakan apakah sudah tepat baik bentuknya, jenis, instrument evaluasi dan prosedur evaluasinya. Dengan demikian pemilihan media penting artinya dan ini menjadi alasan teoritis mendasar dalam pemilihan media.
Pentingnya pemilihan media dengan melihat kedudukan media dalam pembelajaran yang dikemukakan oleh Gerlach dan Elly (Rudi Susilana 2011:63), sebagai berikut:
Prosedur pengembangan pembelajaran menurut Gerlach dan Elly dengan menggunakan pendekatan system dapat dijelaskan bahwa perumusan tujuan instruksional merupakan langkah pertama dalam merencanakan pembelajaran sebagai rumusan tingkah laku yang harus dimiliki oleh siswa setelah selesai mengikuti pembelajaran. Langkah kedua adalah merinci materi pembelajaran yang diharapkan dapat menunjang pencapaian tujuan yang telah ditentukan. Perlu juga dilakukan tes “entering behavoiur level” yaitu untuk mengetahui kemampuan awal yang dimiliki siswa yang sesuai dengan tujuan pembelajaran sebagai dasar untuk menentukan dari mana guru harus mengawali pembelajaran. Tujuan, isi dan entery behavior level menjadi dasar untuk menetapkan komponen pembelajaran yang lainnya, yaitu: menentukan strategi yang harus sesuai dengan karakteristik tujuan maupun materi yang diberikan juga termasuk mengatur dan mengelompokan siswa. Menentukan media yang cocok digunakan dalam pembelajaran disesuaikan dengan tujuan, strategi, waktu yang tersedia, dan fasilitas pendukung lainnya. Secara teoritis menjadi dasar alasan mengapa kita perlu melakukan pemilihan terhadap media, agar memiliki kesesuaian dengan tujuan (specification of objective), kesesuaian dengan isi (specification of content), strategi pembelajaran (deternamination of strategy), dan waktu yang tersedia (allocation of time).

b.      Alasan Praktis
1.      Demonstration
Media berfungsi sabagai alat peraga pembelajaran, misalnya seorang dosen sedang menerangkan teknik mengoperasikan Overhead Projector (OHP), pada saat menjelaskannya menggunakan alat peraga berupa OHP, dengan cara mendemonstrasikan dosen tersebut menjelaskan, menunjukan dan memperlihatkan cara-cara mengoperasikan OHP. Contoh lain, seorang guru Biologi akan membelajarkan siswa tentang bentuk dan struktur sel dengan menggunakan Mikroskop, maka sebelum pratikum dimulai, sebelum siswa meletakan objek pada mikroskop untuk diamati maka guru tersebut menunjukan cara kerja Mikroskop sesuai dengan prosedur yang benar, ini akan memperlancar proses balajar dan menghindari resiko kerusakan pada alat pratikum yang digunakan. Beberapa alasan tersebut sering melandasi pengguna dalam menggunakan media yaitu bertujuan untuk mendemonstrasikan atau memperagakan sesuatu.

2.       Familiarity
Pengguna media pembelajaran memiliki alasan pribadi mengapa ia menggunakan media, yaitu karena sudah terbiasa menggunakan media tersebut, merasa sudah menguasai media tersebut, jika menggunakan media lain belum tentu bisa dan untuk mempelajarinya membutuhkan waktu, tenaga dan biaya, sehingga secara terus menerus ia menggunakan media yang sama. Misalnya seorang dosen yang sudah terbiasa menggunakan media Over Head Projector (OHP) dan Over Head Transparancy (OHT). Media yang baik adalah bersifat konstektual sesuai dengan realitas kebutuhan belajar yang dihadapi siswa. Media OHP lebih tepat untuk mengajarkan konsep dan aspek-aspek kognitif, dapat digunakan dalam jumlah siswa maksimal 50 orang dengan ruangan yang tidak terlalu besar dan siswa cenderung pasif tidak dapat melibatkan secara optimal potensi mental, emosiaonal dan motor skill, karena control pembalajaran ada pada guru. OHP kurang tepat untuk mengajarakan keterampilan yang menuntut demonstrasi, praktek langsung yang lebih membuat siswa aktif secara fisik dan mental. Alasan familiarity tidak selamanya tepat , jika tidak memperhatikan tujuannya.
3.        Clarity
Mengapa guru menggunakan media adalah untuk lebih memperjelas pesan pembelajaran dan memberikan penjelasan yang lebih konkrit. Pada praktek pembelajaran, masih banyak guru tidak menggunkan media atau tanpa media, metode yang digunakan dengan ceramah (ekspository), cara seperti ini memang tidak merepotkan guru untuk menyiapkan media, cukup dengan menguasai materi, maka pembelajaran dapat berlangsung. Namun cara pembelajaran seperti ini cenderung akan mengakibatkan verbalitas, yaitu pesan yang disampaikan guru tidak sama dengan persepsi siswa. Disinilah banyak pengguna media, memiliki alasan bahwa menggunakan media adalah unutuk membuat informasi lebih jelas dan konkrit sesuai kenyataanya.




4.      Active Learning
Salah satu aspek yang harus diupayakan oleh guru dalam pembelajaran adalah siswa harus berperan secara aktif baik secara fisik, mental, dan emosional. Seperti pendapat Lesle J. Briggs (1979) menyatakan bahwa media pembelajaran sebagai “the physical means of conveying instructional book, films, videotapes, etc. lebih jauh Briggs menyatakan media adalah “alat untuk memberi perangsang bagi peserta didik supaya terjadi proses belajar. Sedangkan mengenai efektifitas media, Brown (1970) dengan cara menggaris bawahi bahwa media yang digunakan guru atau siswa dengan baik dapat mempengaruhi efektifitas program belajar mengajar. Contoh dilihat pada pelatihan Emotional Spiritual Question (ESQ), salah satu tujuan pelatihan ini adalah menumbuhkan seoptimal mungkin motivasi peserta untuk berbuat positif dengan spirit yang besar dan optiomalisasi potensi individu, diantaranya dengan cara mengkaji proses dan kejadian serta fenomena alam (ayat qauniyyah), untuk mewujudkan tujuan ini digunakan banyak visualisasi (media video) untuk memperlihatkan tayangan-tayangan yang mampu meningkatkan motivasi peserta, dan hasilnya secara empirik terbukti mampu meningkatkan motivasi peserta.

B.     Kriteria dalam Memilih Media Pembelajaran
Beberapa pertimbangan yang perlu dilakukan dalam pemilihan media disamping factor-faktor yang dikemukakan diatas.
Ada 4 kriteria pemilihan yang perlu diperhatikan dalam seyang lama bagaimana yang dikemukakan oleh Dick dan Carey :
1.      Ketersediaan sumber setempat, artinya bila media yang bersangkutan tidak terdapat pada sumber-sember yang ada maka harus dibeli atau dibuat sendiri.
2.      Apakah untuk membeli atau diproduksi sendiri telah tersedia dana, tenaga, dan fasilitasnya.
3.      Factor yang menyangkut keluwasan, dan ketahanan media yang digunakan untuk jangka waktu yang lama, artinya bila digunakan dimana saja untuk peralatan yang ada disekitarnya dan kapanpun serta mudah dibawa (fortable).
4.      Efektivitas dan efesiensi biaya dalam jangka waktu yang cukup panjang, sekalipun nampaknya mahal namun mungkin lebih murah disbanding media lainnya yang hanya dapat digunakan sekali pakai.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Arief S Sadiman (1986:86), ada 3 model yang dijadikan prosedur dalam pemilihan media yang akan digunakan, yakni :
1.      Model flowchart, model ini menggunakan sistem pengguguran (eliminasi), dalam pengambilan keputusan pemilihan.
2.      Model matrik, berupa penangguahan proses pengambilan keputusan pemilihan sampai seluruh criteria pemilihannya diidentifikasi.
3.      Model checklist, yang mengguhkan keputusan pemilihan sampai semua kriterianya di pertimbangkan.
Diantara model-model pemilihan media tersebut yang lebih popular digunakan dalam media jadi (by utilization) adalah model checklist. Untuk model matriks lebih sesuai digunakan dalam menentukan media rancangan (by design). Sedangkan model flowchart dapat digunakan baik untuk menggambarkan proses pemilihan media jadi maupun media rancangan.
Anderson lebih menitik bertakan pemilhan media yang didasaraka sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari pengembangan intruksional. Dia membagi menjadi 10 kelompok :
1.      Media audio
2.      Media cetak
3.      Media cetak plus suara
4.      Media proyeksi visual diam
5.      Media proyeksi visual diam plus suara
6.      Media visual gerak
7.      Media audio visual gerak
8.      Objek
9.      Sumber manusia dan lingkungan
10.  Media computer

Prosedur pemilihannya dimulai dari informasi atau pesan yang akan disampaikan bersifat intruksional apakah akan berfungsi sebagia sarana belajar (media) atau sarana mengajar (peraga) selanjutnya menentukan strategi intruksional, apakah ingin memberikan pengalaman belajar sikap, keterampilan fisik, atau kognitif.
Prosedur lainnya dikemukakan oleh Wilbur Schramm (1977) yang lebih menitik beratkan pada kesesuaian media yang akan digunakan dengan tingkat kesulitan pengendaliannya oleh sipemakai. Kemudia model chhramm ini diadaptasi dan dimodifikasi oleh Yusuf Hadi Miaraso, dkk.
a.       Kriteria umum
Secara singkat dapat dikatakan bahwa dasar pertimbangan dalam pemilihan media adalah dapat terpenuhinya kebutuhan dan tercapainya tujuan pembelajaran. Mc. M. Connel (1974) dengan tegas mengatakan “if the medium fits use it” artinya jika media sesuai gunakanlah. Diperlukan analisis terhadap factor-faktor yang mempengaruhi kesesuaian media, diantaranya : tujuan pembelajaran, karakteristik siswa, modalitas belajar siswa (auditif, visual dan kinestetik), lingkungan, ketersediaan fasilitas pendukung, dan lain-lain. Secara teoritik setiap media memiliki kelebihan dan kelemahan yang akan memberikan pengaruh terhadap afektifitas program pembelajaran.

b.      Kriteria khusus
Erickson (Hidayat:2011) member saran dalam mengembangkan kriteria pemilihan media dalam bentuk chek list sebagai berikut:
Sejumlah kriteria khusus lainnya dalam memilih media pembelajaran yang tepat dapat kita rumuskan dalam satu kata ACTION, yaitu akronim dari; access, cost, technology, interactivity, organization, dan novelty.
1. Acces
      Media yang diperlukan dapat tersedia, mudah, dan dapat dimanfaatkan siswa


2. Cost
Media yang akan dipilih atau digunakan, pembiayaannya dapat dijangkau.
3. Technology
Media yang akan digunakan apakah teknologinya tersedia dan mudah menggunakannya.
4. Interactivity
Media yang akan dipilih dapat memunculkan komunikasi dua arah atau interaktivitas. Sehingga siswa akan terlibat (aktif) baik secara fisik, intelektual dan mental.
5. Organization
Dalam memilih media pembelajaran tersebut, secara organisatoris mendapatkan dukungan dari pimpinan sekolah (ada unit organisasi seperti pusat sumber belajar yang mengelola).
6. Novelty
Media yang dipilih tersebut memiliki nilai kebaruan, sehingga memiliki daya tarik bagi siswa yang belajar.












BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari makalah diatas dapat disimpulkan bahwa pemilihan media untuk menunjang pembelajaran itu sangat penting karena Media merupakan  bagian  integral  dalam  pembelajaran, sebagai  salah  satu  komponen  dari  beberapa  komponen dalam  sistem  pembelajaran,  dengan  demikian  prosedur pemilihan  media  hendaklah  mengacu  pada  keterkaitan dengan  komponen  lainnya. Hal  inilah  yang  mendasari Anderson  (1976)  untuk  membuat  satu  model  pemilihan media   yang mengacu pada keterkaitannya dengan komponen lain.
Komponen yang menjadi fokus perhatian adalah tujuan, metode dan karakteristik media itu sendiri. Tujuan berkaitan dengan efektivitas media yang dibuat, artinya baik  atau  tidaknya  sebuah  media  yang  dipiilih  dapat dilihat  dari  ketercapaian  tujuannya, semakin  banyak tujuan pembelajaran tercapai maka semakin baik media tersebut, begitu juga sebaliknya.