sains
Kamis, 10 Desember 2015
Jumat, 22 Mei 2015
energi adalah properti fisika dari suatu objek, dapat berpindah melalui interaksi fundamental, yang dapat diubah bentuknya namun tak dapat diciptakan maupun dimusnahkan.
energi listrik, mekanik panas. percobaan
power point bisa di klik di siniEnergi istrik, mekanik, panas
energi listrik, mekanik panas. percobaan
power point bisa di klik di siniEnergi istrik, mekanik, panas
Jumat, 15 Mei 2015
Dasar Pertimbangan dalam Memilih Media Pembelajran
PENDAHULUAN
Pemilihan media pengajaran agama
yang digunakan sesuai atau cocok dengan
karakteristik materi yang disajikan dan dapat menarik perhatian siswa.
Materi yang disajikan dan dapat menarik perhatian siswa. Disamping itu
yang lebih penting lagi apakah media yang akan digunakan tersebut sesuai dan
tidak bertentangan dengan syari’at agama atau tidak melanggar etika agama.
Bilamana hal tersebut dapat terpenuhi maka tugas selanjutnya adalah meneliti
lebih cermat apakah media yang akan digunakan tersebut dapat terjangkau oleh
biyaya dan dana yang ada dan apakah tidak alternative media lain yang sekiranya lebih mudah diapat
dilingkungan sekolah.
Pertimbangan selanjutnya, apakah
media tersebut telah dipertimbangkan betul-betul akan keefektifan dan
keefesienannya. Juga apakah bentuk media yang akan digunakan berupa media jadi
atau perlu dirancang, bila bentuk media tersebut perlu dirancang matang, baik
dalam pengembangannya maupun dalam manfaatnya.
Arif S. Sukandi (1986 :83),
mengemukakan bahwa media pengajaran ditinjau dari segi kesiapan pangadaanya
dapat dikelompokan kepada 2 jenis yaitu, 1) media jadi 2) media rancangan.
Disebut media jadi karena sudah merupakan komoditi perdagangan dan terdapat di
pasar dan dijual secara bebas dan keadaan siap pakai . sedangkan media
rancangan karena perku didesain dan dipersiapkan secara khusus untuk maksud
atau tujuan pembelajaran tertentu.
B.
Rumusan Masalah
a. Bagaimana dasar pemikiran dalam pemilihan media pembelajaran ?
b. Bagaimana memilih dalam media pembelajaran ?
C.
Tujuan
a.
Mengetahui
dasar pemikiran dalam pemilihan media pembelajaran
b.
Mengetahui
memilih dalam media pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Dasar Pertimbangan dalam Memilih Media Pembelajran
Kelemahan-kelemahan yang Nampak menggejala dalam pemakain media
merupakan bagian yang diperhitungkan dalam proses belajar mengajar bukan
didasarkan pada pemikiran logis dan ilmiah, melainkan sekedar memenuhi
perkembangan dilingkungan sekolah. Seorang pengajar membiasakan untuk memakai
media pengajaran yang telah disediakan oleh suatu sekolah untuk membantu dalam
mepermudah penyampain pesan pembelajaran, sehingga pemakain media tersebut
tidak didasrkan pertimbangan pada kebtuhan dan karakteristik siswa atau
kesesuain dengan materi yang akan disajikan dan tujuan yang akan dicapai.
Sebagai contoh seorang pengajaran yeng terbiasa memakai overhead projector
(OHP) karena mungkin dilingkungan sekolahnya telah tersedia media tersebut,
sehingga ia cenderung untuk mengguanakannya dengan pertimbangan yang sederhana
bahawa media tersebut sangat membantu guru atau dosen yang bersangkuatn dalam
menyampaikan pesan pembelajaran yang mungkin tanpa media OHP tersebut akan memeras
tenaga guru/dosen tersebut.
Dengan mengguanakan media tersebut seolah-olah pengajaran yang
diberikan dapat mempunyai nilai lebih disbanding hanya berceramah melulu.
Pertimbangan semacam ini mungkin ada benarnya, namun tidak didasari
pertimbangan pada criteria-. kriteria pemilihan media yang logis dan benar.
Kemungkinan-kemungkinan penggunaan pembelajran semacam ini besar resiko
kesalahannya atau mungkin tidak mencapai sasaran yang diharapkan.
Ada beberapa factor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan
penggunaan media dalam pembelajran, seperti halnya yang berkenaan dengan ;
tujuan intruksional yang ingin dicapai,karakteristik siswa atau sasaran, atau
visual saja atau kedua-duany, keadaan latar atau lingkungan, kondisi setempat
dan luasnya jangkauan yang ingin
dilayani. Factor-faktor tersebut harus di pertimbangkan dalam aturan-aturan dan
criteria keputusan pemilihan media.
a.
Alasan
Teoritis
Alasan pokok pemilihan media dalam pembelajaran, karena
didasari atas konsep pembelajaran sebagai sebuah system yang didalamnya
terdapat suatu totalitas yang terdiri atas sejumlah komponen yang saling
berkaitan untuk mencapai tujuan. Jika kita lihat dari prosedur pengembangan
desain instruksional maka diawali dengan perumusan tujuan instruksional khusus
sebagai pengembangan dari tujuan umum, kemudian dilanjutkan dengan menentukan
materi pembelajaran yang menunjang ketercapaian tujuan pembelajaran serta
menentukan strategi pembelajaran yang tepat. Upaya untuk mewujudkan tujuan
pembelajaran ditunjang oleh media yang sesuai dengan materi, strategi yang
digunakan , dan karakteristik siswa. Untuk mengetahui hasil belajar, maka
selanjutnya guru menetukan evaluasi yang tepat, sesuai tujuan dan materi.
Penyebab rendahnya hasil belajar dapat meninjau ketepatan
seluruh komponen diantaranya: mungkin keberhasilan ini disebabkan karena
rumusan tujuan tidak sesuai dengan row
input dan kemampuan awal siswa “entery
behavior level” siswa, bisa jadi tujuan yang ditetapkan tidak sesuai dengan tingkat
kemampuan siswa dalam kata lain terlalu tinggi. Penyebab yang lain bisa dari
materi kurang sesuai dengan tujuan, terlalu kompleks, terlalu sulit
sehingga tidak dikuasai sepenuhnya oleh
siswa. Strategi bias jadi tidak tepat, membuat siswa tidak aktif, menjenuhkan,
membosankan, tidak merangsang siswa untuk aktif sehingga berpengaruh terhadap
hasil belajarnya. Jika media dan strategi sudah tepat, maka perlu diuji
evaluasi yang digunakan apakah sudah tepat baik bentuknya, jenis, instrument
evaluasi dan prosedur evaluasinya. Dengan demikian pemilihan media penting
artinya dan ini menjadi alasan teoritis mendasar dalam pemilihan media.
Pentingnya pemilihan media dengan melihat kedudukan media
dalam pembelajaran yang dikemukakan oleh Gerlach dan Elly (Rudi Susilana
2011:63), sebagai berikut:
Prosedur pengembangan pembelajaran menurut Gerlach dan Elly
dengan menggunakan pendekatan system dapat dijelaskan bahwa perumusan tujuan
instruksional merupakan langkah pertama dalam merencanakan pembelajaran sebagai
rumusan tingkah laku yang harus dimiliki oleh siswa setelah selesai mengikuti
pembelajaran. Langkah kedua adalah merinci materi pembelajaran yang diharapkan
dapat menunjang pencapaian tujuan yang telah ditentukan. Perlu juga dilakukan
tes “entering behavoiur level” yaitu
untuk mengetahui kemampuan awal yang dimiliki siswa yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran sebagai dasar untuk menentukan dari mana guru harus mengawali
pembelajaran. Tujuan, isi dan entery
behavior level menjadi dasar untuk menetapkan komponen pembelajaran yang
lainnya, yaitu: menentukan strategi yang harus sesuai dengan karakteristik
tujuan maupun materi yang diberikan juga termasuk mengatur dan mengelompokan
siswa. Menentukan media yang cocok digunakan dalam pembelajaran disesuaikan
dengan tujuan, strategi, waktu yang tersedia, dan fasilitas pendukung lainnya.
Secara teoritis menjadi dasar alasan mengapa kita perlu melakukan pemilihan
terhadap media, agar memiliki kesesuaian dengan tujuan (specification of objective), kesesuaian dengan isi (specification of content), strategi pembelajaran
(deternamination of strategy), dan
waktu yang tersedia (allocation of time).
b.
Alasan
Praktis
1.
Demonstration
Media berfungsi sabagai alat peraga pembelajaran, misalnya
seorang dosen sedang menerangkan teknik
mengoperasikan Overhead Projector (OHP), pada saat menjelaskannya menggunakan
alat peraga berupa OHP, dengan cara mendemonstrasikan dosen tersebut
menjelaskan, menunjukan dan memperlihatkan cara-cara mengoperasikan OHP. Contoh
lain, seorang guru Biologi akan membelajarkan siswa tentang bentuk dan struktur
sel dengan menggunakan Mikroskop, maka sebelum pratikum dimulai, sebelum siswa
meletakan objek pada mikroskop untuk diamati maka guru tersebut menunjukan cara
kerja Mikroskop sesuai dengan prosedur yang benar, ini akan memperlancar proses
balajar dan menghindari resiko kerusakan pada alat pratikum yang digunakan.
Beberapa alasan tersebut sering melandasi pengguna dalam menggunakan media
yaitu bertujuan untuk mendemonstrasikan atau memperagakan sesuatu.
2.
Familiarity
Pengguna media pembelajaran memiliki alasan pribadi mengapa
ia menggunakan media, yaitu karena sudah terbiasa menggunakan media tersebut,
merasa sudah menguasai media tersebut, jika menggunakan media lain belum tentu
bisa dan untuk mempelajarinya
membutuhkan waktu, tenaga dan biaya, sehingga secara terus menerus ia
menggunakan media yang sama. Misalnya seorang dosen yang sudah terbiasa
menggunakan media Over Head Projector
(OHP) dan Over Head Transparancy
(OHT). Media yang baik adalah bersifat konstektual sesuai dengan realitas
kebutuhan belajar yang dihadapi siswa. Media OHP lebih tepat untuk mengajarkan
konsep dan aspek-aspek kognitif, dapat digunakan dalam jumlah siswa maksimal 50
orang dengan ruangan yang tidak terlalu besar dan siswa cenderung pasif tidak
dapat melibatkan secara optimal potensi mental, emosiaonal dan motor skill,
karena control pembalajaran ada pada guru. OHP kurang tepat untuk mengajarakan
keterampilan yang menuntut demonstrasi, praktek langsung yang lebih membuat
siswa aktif secara fisik dan mental. Alasan familiarity
tidak selamanya tepat , jika tidak memperhatikan tujuannya.
3.
Clarity
Mengapa guru menggunakan media adalah untuk lebih
memperjelas pesan pembelajaran dan memberikan penjelasan yang lebih konkrit.
Pada praktek pembelajaran, masih banyak guru tidak menggunkan media atau tanpa
media, metode yang digunakan dengan ceramah (ekspository), cara seperti ini memang tidak merepotkan guru untuk
menyiapkan media, cukup dengan menguasai materi, maka pembelajaran dapat
berlangsung. Namun cara pembelajaran seperti ini cenderung akan mengakibatkan
verbalitas, yaitu pesan yang disampaikan guru tidak sama dengan persepsi siswa.
Disinilah banyak pengguna media, memiliki alasan bahwa menggunakan media adalah
unutuk membuat informasi lebih jelas dan konkrit sesuai kenyataanya.
4.
Active Learning
Salah satu aspek yang harus diupayakan oleh guru dalam
pembelajaran adalah siswa harus berperan secara aktif baik secara fisik,
mental, dan emosional. Seperti pendapat Lesle J. Briggs (1979) menyatakan bahwa
media pembelajaran sebagai “the physical
means of conveying instructional book, films, videotapes, etc. lebih jauh
Briggs menyatakan media adalah “alat untuk memberi perangsang bagi peserta
didik supaya terjadi proses belajar. Sedangkan mengenai efektifitas media,
Brown (1970) dengan cara menggaris bawahi bahwa media yang digunakan guru atau
siswa dengan baik dapat mempengaruhi efektifitas program belajar mengajar.
Contoh dilihat pada pelatihan Emotional
Spiritual Question (ESQ), salah satu tujuan pelatihan ini adalah
menumbuhkan seoptimal mungkin motivasi peserta untuk berbuat positif dengan
spirit yang besar dan optiomalisasi potensi individu, diantaranya dengan cara
mengkaji proses dan kejadian serta fenomena alam (ayat qauniyyah), untuk mewujudkan tujuan ini digunakan banyak
visualisasi (media video) untuk memperlihatkan tayangan-tayangan yang mampu
meningkatkan motivasi peserta, dan hasilnya secara empirik terbukti mampu
meningkatkan motivasi peserta.
B.
Kriteria dalam Memilih Media Pembelajaran
Beberapa pertimbangan yang perlu dilakukan dalam pemilihan media
disamping factor-faktor yang dikemukakan diatas.
Ada 4 kriteria pemilihan yang perlu diperhatikan dalam seyang lama bagaimana
yang dikemukakan oleh Dick dan Carey :
1.
Ketersediaan
sumber setempat, artinya bila media yang bersangkutan tidak terdapat pada
sumber-sember yang ada maka harus dibeli atau dibuat sendiri.
2.
Apakah
untuk membeli atau diproduksi sendiri telah tersedia dana, tenaga, dan
fasilitasnya.
3.
Factor
yang menyangkut keluwasan, dan ketahanan media yang digunakan untuk jangka
waktu yang lama, artinya bila digunakan dimana saja untuk peralatan yang ada
disekitarnya dan kapanpun serta mudah dibawa (fortable).
4.
Efektivitas
dan efesiensi biaya dalam jangka waktu yang cukup panjang, sekalipun nampaknya
mahal namun mungkin lebih murah disbanding media lainnya yang hanya dapat
digunakan sekali pakai.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Arief S Sadiman (1986:86), ada 3
model yang dijadikan prosedur dalam pemilihan media yang akan digunakan, yakni
:
1.
Model
flowchart, model ini menggunakan sistem
pengguguran (eliminasi), dalam pengambilan keputusan pemilihan.
2.
Model
matrik, berupa penangguahan proses
pengambilan keputusan pemilihan sampai seluruh criteria pemilihannya diidentifikasi.
3.
Model
checklist, yang mengguhkan keputusan
pemilihan sampai semua kriterianya di pertimbangkan.
Diantara model-model pemilihan media
tersebut yang lebih popular digunakan dalam media jadi (by utilization)
adalah model checklist. Untuk model matriks lebih sesuai
digunakan dalam menentukan media rancangan (by design). Sedangkan
model flowchart dapat digunakan baik untuk menggambarkan proses pemilihan
media jadi maupun media rancangan.
Anderson lebih menitik bertakan pemilhan media yang didasaraka sebagai
bagian yang tidak terpisahkan dari pengembangan intruksional. Dia membagi
menjadi 10 kelompok :
1.
Media
audio
2.
Media
cetak
3.
Media
cetak plus suara
4.
Media
proyeksi visual diam
5.
Media
proyeksi visual diam plus suara
6.
Media
visual gerak
7.
Media
audio visual gerak
8.
Objek
9.
Sumber
manusia dan lingkungan
10.
Media
computer
Prosedur pemilihannya dimulai dari informasi atau pesan yang akan
disampaikan bersifat intruksional apakah akan berfungsi sebagia sarana belajar
(media) atau sarana mengajar (peraga) selanjutnya menentukan strategi
intruksional, apakah ingin memberikan pengalaman belajar sikap, keterampilan
fisik, atau kognitif.
Prosedur lainnya dikemukakan oleh Wilbur Schramm (1977) yang lebih
menitik beratkan pada kesesuaian media yang akan digunakan dengan tingkat
kesulitan pengendaliannya oleh sipemakai. Kemudia model chhramm ini diadaptasi
dan dimodifikasi oleh Yusuf Hadi Miaraso, dkk.
a.
Kriteria
umum
Secara singkat dapat dikatakan bahwa dasar pertimbangan dalam
pemilihan media adalah dapat terpenuhinya kebutuhan dan tercapainya tujuan
pembelajaran. Mc. M. Connel (1974) dengan tegas mengatakan “if the medium fits use it” artinya jika
media sesuai gunakanlah. Diperlukan analisis terhadap factor-faktor yang
mempengaruhi kesesuaian media, diantaranya : tujuan pembelajaran, karakteristik
siswa, modalitas belajar siswa (auditif, visual dan kinestetik), lingkungan,
ketersediaan fasilitas pendukung, dan lain-lain. Secara teoritik setiap media
memiliki kelebihan dan kelemahan yang akan memberikan pengaruh terhadap
afektifitas program pembelajaran.
b.
Kriteria
khusus
Erickson
(Hidayat:2011) member saran
dalam mengembangkan kriteria pemilihan media dalam bentuk chek list sebagai
berikut:
Sejumlah kriteria khusus lainnya dalam memilih
media pembelajaran yang tepat dapat kita rumuskan dalam satu kata ACTION, yaitu
akronim dari; access, cost, technology, interactivity, organization, dan
novelty.
1.
Acces
Media yang diperlukan dapat tersedia, mudah, dan dapat dimanfaatkan siswa
2.
Cost
Media yang akan dipilih
atau digunakan, pembiayaannya dapat dijangkau.
3.
Technology
Media yang akan
digunakan apakah teknologinya tersedia dan mudah menggunakannya.
4.
Interactivity
Media yang akan dipilih
dapat memunculkan komunikasi dua arah atau interaktivitas. Sehingga siswa akan
terlibat (aktif) baik secara fisik, intelektual dan mental.
5.
Organization
Dalam memilih media
pembelajaran tersebut, secara organisatoris mendapatkan dukungan dari pimpinan
sekolah (ada unit organisasi seperti pusat sumber belajar yang mengelola).
6.
Novelty
Media yang dipilih tersebut memiliki nilai kebaruan, sehingga memiliki daya
tarik bagi siswa yang belajar.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari
makalah diatas dapat disimpulkan bahwa pemilihan media untuk menunjang
pembelajaran itu sangat penting karena Media merupakan bagian
integral dalam pembelajaran, sebagai salah satu
komponen dari beberapa komponen dalam sistem
pembelajaran, dengan demikian prosedur pemilihan
media hendaklah mengacu pada keterkaitan dengan
komponen lainnya. Hal inilah yang mendasari
Anderson (1976) untuk membuat satu model
pemilihan media yang mengacu pada keterkaitannya dengan
komponen lain.
Komponen yang menjadi fokus perhatian adalah tujuan, metode dan
karakteristik media itu sendiri. Tujuan berkaitan dengan efektivitas media yang
dibuat, artinya baik atau tidaknya sebuah media
yang dipiilih dapat dilihat dari
ketercapaian tujuannya, semakin banyak tujuan pembelajaran tercapai
maka semakin baik media tersebut, begitu juga sebaliknya.
Langganan:
Postingan (Atom)